Pertarungan pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta akhirnya mengerucut pada dua nama, Fauzi Bowo dan Adang Dorojatun. Fauzi diusung oleh banyak partai, seperti PDIP, Golkar, Demokrat hingga partainya orang kristen PDS. Sementara Komendan Adang diusung sama PKS. Polarisasi ini kemudian oleh beberapa media disebut sebagai pertarungan antara kubu nasionalisme dan kubu Islamis. Benarkah cukup layak disebut sebagai pertarungan ideologi?
Banyak komen yang berlalu lalang di media yang seakan-akan membenarkan sinyalemen diatas, namun tentu bukan hal seperti itu yang mampu mendefinisikan secara kuat adanya pertarungan ideologi ini. Bahkan keberadaan kubu-kubu ini pun perlu dipertanyakan, benarkah ada kubu ideologi Islam dalam Pilkada DKI.
Terkait dengan kubu ideologi Islam, mestinya ditetapkan dulu sebuah kondisi sehingga sebuah kubu bisa disebut kubu ini dan kubu itu. Dalam konteks kubu Islam mestinya minimal ada kondisi berikut :
a. Komitmen sang calon terhadap Islam,penyebarannya dan penerapannya
b. Visi, Misi dan kejelasan program yang secara cristal clear menjadikan Islam sandarannya, tidak sekedar menggunakan ungkapan-ungkapan bias yang bisa diterima semua aqidah dan ideologi, termasuk terutama kesiapan untuk menerapkan Islam sebagai asas dan aturan masyarakat.
Namun,belum apa-apa Pak Adang udah membantah dirinya sebagai penopang ideologi Islamisme (http://www.gatra.com/artikel.php?id=103190), so, calon usungan PKS ini sepertinya cukup berat untuk diharapkan akan menerapkan syariah Islam di DKI jika dia menang, sebagaimana yang banyak diomongin ama banyak orang. Well, dari sini saja polarisasi kedua kubu sebenarnya tidak sejauh utara selatan, bahkan bisa jaraknya sedekat antara selatan dengan tenggara.
Hmmm, sepertinya kubu-kubuan itu gak signifikan deh. Kalau cuma karena ada partai Islamnya mah, di kubu Fauzi Bowo juga ada kok Partai Islamnya seperti PPP, PKB dll, wah, bahkan lebih banyak dibanding yang dimiliki Adang yah !
No comments:
Post a Comment