Tuesday, November 27, 2007

Skenario AS pada Konferensi Annapolis

Syabab.Com - Hari ini, Selasa (27/11) Konferensi Annapolis digelar di Maryland. Konferensi skenario AS ini akan membicarakan negoisasi perdamaian Israel Palestina yang tentu saja menguntungkan Israel. Karena pada dasarnya konferensi ini sebagai legitimasi penjajahan Israel atas Palestina. Sebelum pelaksanaan konferensi, AS telah menyatakan akan meluncurkan strategi tiga-arah bagi perdamaian Palestina-Israel ketika Washington menjadi tuan rumah konferensi Annapolis akhi pekan ini.


Skenario Amerika Melegalkan Penjajahan Israel


"Apa yang akan kami lakukan ialah menggagas tiga langkah paralel, jika anda bersedia," kata Penasehat Keamanan Nasional Gedung Putih, Stephen Hadley, kepada wartawan sebelum konferensi tersebut dibuka di Annapolis, Maryland, Selasa.

"Satu adalah peluncuran melalui perundingan semua pihak ke arah berdirinya negara Palestina dan perdamaian yang lebih luas," kata Hadley dalam taklimatnya, seperti dilaporkan AFP.

Pada saat yang sama, ia mengatakan perunding Palestina dan Israel akan mulai melaksanakan kewajiban mereka berdasarkan peta jalan yang dirancang masyarakat internasional pada 2003.

Itu berarti Israel akan "membuka jalan guna meredakan dan mengizinkan hidup yang lebih baik bagi rakyat Palestina dan lembaga yang dibuat Palestina guna mengelola Tepi Barat Sungai Jordan dan menyediakan keamanan, baik bagi rakyat Palestina maupun meningkatkan keamanan bagi Israel dan wilayah itu secara keseluruhan", katanya.

Aspek ketiga dari rencana perundingan tersebut ialah pembentukan berbagai lembaga Palestina dengan dukungan internasional guna memberi Palestina "kemampuan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka dalam peta jalan".

Lebih dari 40 negara dan organisasi internasional telah diundang ke konferensi tersebut guna memberi dukungan mereka bagi upaya perdamaian Palestina dan Israel.

Hadley mengatakan masyarakat internasional akan memiliki kesempatan untuk mendukung berdirinya pemerintah Palestina, lembaga polisik dan ekonomi di Annapolis dan kemudian pada konferensi donor di Paris pada Desember. Tentu ini juga mendukung untuk pengakuan terhadap berdirinya negara Israel di tanah Palestina.

Pemerintah Presiden AS George W. Bush melancarkan apa yang digembar-gemborkannya sebagai dorongan sungguh-sungguh pertama bagi perdamaian Palestina-Israel sejak pembicaraan terakhir ambruk pada 2000, pada akhir masa jabatan pendahulunya Bill Clinton.

Bush sendiri akan menyelenggarakan pembicaraan bilateral di Gedung Putih, Senin dan Rabu, dengan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dan Presiden Palestina Mahmud Abbas.

Semua ketiga pejabat tersebut akan bertemu sebelum mereka berpidato pada awal konferensi di Annapolis, Selasa, kata Hadley.

Pendirian Negara Palestina Merdeka, Pengakuan Berdirinya Negara Penjajah

Bila diperhatikan, perdamaian yang selama ini digemborkan AS nampak seolah menjanjikan dan memberikan harapan baru bagi rakyat Palestina. Namun, dibalik itu terdapat skenario yang sangat memalukan bila dunia menerimanya. Para penguasa dunia Muslim pun tidak punya nyali, malah senang berjabat tangan dengan para penjajah tersebut.



Tanah Palestina telah dibebaskan pertama kali oleh Umar bin Khathathab. Bagaimanapun, Israel telah merampas tanah milik kaum Muslim di Palestina. Bahkan mereka merobohkan rumah-rumah muslim Palestina serta mengusirnya. Rakyat Palestina pun telah banyak yang menjadi korban. Tragedi Sabra dan Shatila tidak pernah bisa dilupakan.

Dengan berdirinya Negara Palestina Merdeka pemberian AS berarti mengakui juga berdirinya Negara Israel yang telah menjajah tanah Palestina tersebut. Itulah solusi dua negara yang selalu ditawarkan oleh Barat. Tanpa mereka menyadari kejahatan atas tingkah lakunya yang telah menjajah dan membunuh ribuan rakyat Palestina.

Merebut kembali tanah Palestina merupakan solusi adil bagi krisis Timur Tengah. Tentu hal ini tidak akan terjadi kecuali kaum Muslim sedunia bersatu di bawah bendera Rasulullah Saw, di bawah komando Khalifah kaum Muslim. Suatu saat, insya Allah.[z/ant/sycom]

Sumber : Syabab.com


No comments: