Tuesday, November 27, 2007

Kehadiran Indonesia Pada Konferensi Annapolis: Kontribusi Legitimasi Penjajahan Israel

Indonesia dipastikan akan menghadiri konferensi Annapolis pada 27 November . Konferensi skenario Amerika ini akan membicarakan negoisasi perdamaian Israel Palestina. Sikap pemerintah yang sangat memalukan, pasalnya pada konferensi yang merupakan skenario AS ini hanya untuk legimitasi penjajahan.

"Kita bertujuan meletakkan dasar bagi penyelesaian atas konflik Israel-Palestina. RI memutuskan untuk turut hadir sebagai peserta dan berpartisipasi dalam konferensi itu." Kata Hassan Wirajuda.

Menurut Menteri Luar Negeri ini, pemerintah RI akan menyampaikan pandangannya mengenai arti pentingnya penyelesaian konflik Israel Palestina dengan jalan damai.


Solusi Dua Negara

Padahal Perdana Menteri Israel, Olmert menginginkan dari pertemuan ini dicapai kesepakatan perjanjian two state solution, yakni berdirinya dua negara, Palestina dan Israel. Jelas pengakuan penerimaan terhadap solusi ini berarti mengakui keberadaan Negara Israel sama artinya menerima penjajahan yang dilakukan Israel atas rakyat Palestina.

Sebelumnya Mahmoud Abbas datang ke SBY meminta dukungan atas perjanjian yang akan dibahas pada konferensi tersebut. Jelas perjanjian tersebut skenario AS yang hanya akan menguntungkan AS dan Israel. Keikutsertaan Indonesia dalam konferensi ini bukan saja telah mengkhianati UUD 1945 tetapi juga mengkhianati kaum Muslim.

Sedangkan pernyataan pers Deplu Amerika Serikat menyebutkan:

"Konferensi Annapolis merupakan tanda dukungan internasional yang luas bagi upaya-upaya berani pemimpin Israel dan Palestina, dan akan menjadi peluncuran penting bagi perundingan-perundingan yang menuju pada terbentuknya negara Palestina dan realisasi perdamaian Israel dan Palestina,"

Legitimasi Penjajahan


Israel telah lama merampas tanah Palestina dan mengusir, menghancurkan serta membunuh rakyat Palestina. Sikap Indonesia yang tidak berani menolak pertemuan ini ini menujukkan ketundukkannya pada Amerika. Sama halnya dengan para penguasa Arab yang tidak memiliki nyali sama sekali untuk bersikap tegas terhadap Amerika dan Israel yang telah lama menjajah negeri-negeri Muslim termasuk Palestina.

Solusi atas krisis Timur Tengah bukanlah solusi dua negara. Namun, merebut kembali tanah rampasan milik kaum Muslim tersebut dari tangan penjajah Israel.

Indonesia semestinya menolak pertemuan tersebut, sebab perjanjian pada konferensi tersebut hanya untuk legitimasi penjajahan. Apalagi Indonesia merupakan negeri yang berpenduduk muslim. Lalu di mana makna al-Quran yang menyatakan, "Sesungguhnya mukmin itu bersaudara."? [m/z/sycom]

Sumber : syabab.com

No comments: