Monday, August 20, 2007

Merdeka!...Maksud Loh??

Belum lama berselang, pada awal bulan sya’ban ini, penduduk negeri ini menyambut hari istimewa. Tepatnya 17 agustus, rakyat Indonesia selalu mengenang hari ini sebagai hari terbebasnya dari penjajahan. Bebasnya kita dari kungkungan penjajahan sangat kita patut kita syukuri sebagai sebuah karunia dari Allah SWT. Namun tidak sedikit orang bertanya, betulkah kita sudah sepenuhnya merdeka dari penjajahan?


Ini sangat tergantung apa yg kita maknai sebagai merdeka. Kalau kita sekedar memaknai merdeka sebagai terbebas dari penjajahan fisik, bisa jadi memang kita telah merdeka. Tapi apa sesederhana itu makna kemerdekaan? Tentu tidak. Menjadi merdeka mestinya membuat kita lebih bebas menentukan masa depan kita sendiri tanpa diatur oleh negara lain. Menjadi merdeka mestinya juga berarti kita bebas memanfaatkan potensi alam kita untuk kemakmuran rakyat. Menjadi merdeka mestinya berarti kita menjadi orang yang mandiri, yang bisa mengatakan tidak untuk hal yang tidak benar walaupun itu berasal dari negara besar.

Namun kalau mau jujur, sesungguhnya kita adalah bangsa yang hidup dibawah pengaruh bangsa lain. Pemimpin negeri ini kerap sekali menjalankan apa yg menjadi maunya bangsa asing, bahkan kalaupun itu mesti mengorbankan rakyat sendiri. Tengok saja kebijakan kenaikan harga BBM, siapa yang diuntungkan? Yang jelas bukan rakyat, karena berkat kenaikan BBM angka kemiskinan justru meningkat. Lalu tentang hukum, hukum siapa yang kita pakai? Setelah 62 tahun bangsa ini mengumumkan kemerdekaannya ternyata 80% produk hukum masih memakai hukum dari penjajah belanda. Belum lagi kalau kita lihat, siapa yang menguasai sumber daya alam kita, minyak kita, emas kita, logam-logam kita, kita akan dapatkan sebagian besar dikangkangi oleh bangsa asing. Sungguh kemerdekaan kita belum sempurna.

Ketidak sempurnaan kemerdekaan ini semakin menyesakkan kalau kita pahami dari sudut Islam. Kemerdekaan dalam Islam adalah ketika kondisi kita telah keluar dari kegelapan menuju kondisi penuh kegemilangan yg bercahaya. Kegelapan adalah kondisi-kondisi muram yang senantiasa menyeret kita kepada kehinaan, ketidakberdayaan, ditindas, dan tidak menjalankan syariah Allah. Inilah kondisi yang terjadi sebelum diutusnya Rasulullah SAW, dan sangat layak kondisi ini juga dilekatkan pada kondisi kita saat ini. Sedangkan kondisi bercahaya adalah gambaran dari kondisi yang mulia, yang penuh berkah dan Ridha illahi Rabbul ’alamin. Inilah kondisi yang terjadi setelah Rasulullah diutus dan kemudian memerintah di Madinah.

Sungguh misi Islam adalah mengeluarkan kita dari kegelapan menuju cahaya, sebagaimana yang dikatakan Allah ta’ala :

اللّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُواْ يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوُرِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ أَوْلِيَآؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ
Allah Pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Adapun orang-orang kafir, pelindung-pelindung mereka ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan. (QS al-Baqarah [2]: 257).

Ayat ini menunjukkan bahwa syariat yang diturunkan oleh Allah akan membebaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya; dari kegelapan kekufuran ideologi dan sistem Kapitalisme-sekular maupun Sosialisme-komunis menuju cahaya iman, yakni ideologi dan sistem Islam.

Misi ini juga terekam baik dalam jawaban yang dikemukakan oleh Rab'i bin Amir, Hudzaifah bin Mihshin, dan Mughirah bin Syu'bah ketika ditanya oleh Jenderal Rustum secara bergantian pada hari yang berbeda pada Perang Qadisiyah. Rustum bertanya, "Apa yang menyebabkan kalian datang ke sini?" Mereka menjawab, "Allah telah mengutus kami untuk membebaskan siapa saja-yang mau-dari penghambaan kepada hamba menuju penghambaan hanya kepada Allah semata, dari kesempitan dunia menuju keluasannya, dan dari kelaliman agama-agama selain Islam menuju keadilan Islam...." (Târîkh at-Thabarî, II/401, Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, Beirut.1407).

Inilah kemerdekaan hakiki yang akan diwujudkan oleh Islam. Walhasil, Islamlah yang akan membebaskan manusia dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan hanya kapada Allah semata, dari kesempitan dunia menuju kelapangannya, dan dari kelaliman agama dan ideologi selain Islam (Kapitalisme-sekular maupun Sosialisme-komunis) menuju keadilan Islam. Kemerdekaan hakiki inilah yang semestinya berusaha kita wujudkan.



No comments: